x

TRAGEDI BERDARAH DI JALANAN: driver Ojol Tewas Terlindas Rantis Brimob, Bukti Kegagalan Pengendalian Keamanan

waktu baca 3 menit
Jumat, 29 Agu 2025 11:36 35 Redaksi

Malam yang kelam menyelimuti ibu kota ketika seorang driver ojek online bernama Affan Kurniawan (21) tewas mengenaskan setelah ditabrak dan dilindas kendaraan taktis (rantis) Barakuda milik Brigade Mobil (Brimob) di kawasan Pejompongan, Jakarta Pusat, pada Kamis (28/8) malam.

Insiden tragis ini terjadi saat aparat kepolisian berusaha membubarkan demonstrasi yang berujung ricuh di sekitar Gedung DPR. Video viral yang beredar di media sosial menampilkan detik-detik mengerikan ketika mobil Brimob menabrak driver ojol hingga terseret beberapa meter.

Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri (Kadiv Propam) Irjen Abdul Karim baru mengungkap bahwa tujuh anggota Polri berada di dalam mobil rantis penabrak tersebut. Ketujuh personel kini ditahan untuk penyelidikan lebih lanjut.

[ADS SPACE IKLAN]

Namun, langkah ini terkesan terlambat dan reaktif. Mengapa baru setelah viral dan menuai kecaman publik, aparat berwenang bertindak tegas? Ini menunjukkan lemahnya sistem pengawasan internal dan standar operasional prosedur (SOP) dalam pengendalian massa.

Tragedi ini memperlihatkan wajah buram kepolisian Indonesia yang seharusnya melindungi dan melayani masyarakat, justru menjadi ancaman bagi warga sipil yang tidak bersalah.:

Bagaimana mungkin kendaraan taktis bergerak dengan kecepatan tinggi di tengah kerumunan massa? Di mana protokol keselamatan?

Para personel Brimob tampak panik dan tidak terlatih dalam menghadapi situasi darurat. Ini adalah bentuk kelalaian institusional yang fatal.

Pendekatan represif yang mengutamakan pembubaran paksa ketimbang de-eskalasi menunjukkan mentalitas militeristik yang tidak pada tempatnya dalam negara demokratis.

Pemerintahan saat ini juga tidak luput dari sorotan tajam Publik

Demo yang bermula damai berubah menjadi ricuh karena pendekatan keras aparat. Ini menunjukkan pemerintah lebih memilih jalan kekerasan ketimbang dialog. Driver ojol bekerja di jalanan tanpa perlindungan memadai dari negara. Mereka rentan menjadi korban dalam setiap konflik sosial.

Butuh viral dan tekanan media baru pemerintah bereaksi. Ini menunjukkan sistem checks and balances yang rapuh.

Tragedi Affan Kurniawan bukan sekadar kecelakaan, melainkan pembunuhan yang disebabkan oleh ketidakprofesionalan aparat.

Affan Kurniawan adalah anak bangsa berusia 21 tahun yang tewas sia-sia karena kegagalan sistem. Dia bukan teroris, bukan kriminal – dia hanyalah pekerja muda yang berusaha mencari nafkah untuk Keluargaya.

Berapa banyak lagi nyawa yang harus melayang sebelum pemerintah dan kepolisian menyadari bahwa kekerasan bukan solusi? Berapa banyak lagi keluarga yang harus kehilangan anak, ayah, atau ibu mereka karena arogansi aparat?

Sudah saatnya kita berkata: CUKUP!

Tidak ada alasan yang dapat membenarkan tewasnya warga sipil dalam operasi keamanan. Tidak ada dalih yang dapat menutupi kegagalan fundamental dalam melindungi rakyat.

Affan Kurniawan telah menjadi martir dari sistem yang busuk. Kematiannya harus menjadi titik balik untuk reformasi total institusi keamanan kita.

Rest in Peace, Affan Kurniawan. A Luta Continua. (JR)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA
x